Indonesia-China: Sinergi Digital, EV, dan Energi

Unveiling the Crisis of Plastic Pollution: Analyzing Its Profound Impact on the Environment

MOBIL BARU – Mobil Wuling. ANTARA/Xinhua


JAKARTA, KABARLINK.com - Sebuah era baru kolaborasi teknologi antara Indonesia dan Tiongkok kembali terjalin. China-ASEAN Information Harbor (CAIH) baru-baru ini mengumumkan kemitraan strategis dengan Digital Teknologi International (DTI) Indonesia. Kerja sama ini diwujudkan melalui penandatanganan perjanjian keagenan untuk platform telekomunikasi cerdas terintegrasi berbasis teknologi CAIH.

Platform ini digadang-gadang akan merevolusi lanskap telekomunikasi di Indonesia. CAIH mengklaim bahwa platform ini akan menawarkan solusi yang tidak hanya canggih, tetapi juga hemat biaya dan efisien, sehingga mendorong digitalisasi perusahaan-perusahaan di seluruh Indonesia.

Kerja sama ini bukan satu-satunya bukti eratnya hubungan antara Indonesia dan Guangxi. Sebagai wilayah setingkat provinsi di Tiongkok yang paling dekat dengan ASEAN, Guangxi terus memprioritaskan kolaborasi dengan Indonesia, terutama di sektor-sektor emerging seperti kendaraan listrik (EV) dan ekonomi digital.

Di sisi lain, PT SGMW Motor (Wuling) Indonesia baru-baru ini merayakan pencapaian monumental: produksi 3 juta unit kendaraan listrik. Dari jumlah tersebut, 40.000 unit diproduksi langsung di pabrik Wuling Indonesia yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.

Presiden Direktur PT SGMW Motor Indonesia, Tang Wensheng, menyatakan, Setelah berbagai upaya selama bertahun-tahun, EV Wuling di Indonesia mendapat pengakuan yang luas dan kami berhasil membangun rantai ekologi energi baru di Indonesia. Wuling berencana untuk memperkuat strategi pasarnya di Indonesia, Malaysia, dan Thailand, dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat regional.

Wuling, perusahaan otomotif terkemuka yang berasal dari Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, Tiongkok selatan, telah menunjukkan komitmennya terhadap pasar Indonesia.

Selain sektor teknologi dan otomotif, kerja sama di bidang energi juga semakin erat. Pada 22 Mei lalu, sebuah kapal kargo yang membawa 50.700 ton batu bara lignit dari Indonesia tiba di pelabuhan Beihai, Guangxi. Batu bara ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang meningkat selama musim panas.

Berkat kedekatan geografis kami dengan Indonesia dan fasilitasi bea cukai dari kebijakan terkait, mengimpor batu bara dari Indonesia menjadi lebih efisien dan lancar, ungkap Jiang Kongrong, wakil manajer pembangkit listrik tersebut. (Kabarlink/Ain)

Type above and press Enter to search.