Ukraina: Jaring Laba-laba Maut Rontokkan Jet Rusia

PEMIMPIN UKRAINA - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Foto: net
JAKARTA, KABARLINK.com - Pada tanggal 2 Juni 2025, Ukraina melancarkan serangan drone terbesar dalam sejarahnya, menggunakan 117 pesawat tak berawak dalam operasi yang disebut 'Jaring Laba-laba' atau 'Spider's Web'. Serangan ini menargetkan beberapa wilayah di Rusia, termasuk pangkalan udara militer strategis.
Sumber dari SBU (Dinas Keamanan Ukraina) mengungkapkan bahwa persiapan serangan ini memakan waktu sekitar satu setengah tahun. Drone-drone tersebut disembunyikan di dalam kabin kayu bergerak yang ditempatkan di atas truk, dengan atap yang dioperasikan dari jarak jauh. Truk-truk ini kemudian membawa drone ke dekat pangkalan udara sebelum diluncurkan pada waktu yang tepat.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memuji operasi tersebut sebagai hasil yang benar-benar cemerlang dan mengucapkan selamat kepada Kepala SBU, Vasyl Maliuk. Zelensky juga menyatakan bahwa semua personel yang terlibat dalam operasi tersebut telah dievakuasi dengan selamat dari Rusia sebelum serangan dimulai.
Menurut sumber SBU, target serangan termasuk pembom strategis berkemampuan nuklir Tu-95 dan Tu-22M3, serta pesawat tempur peringatan dini A-50. SBU memperkirakan kerugian yang diderita penerbangan strategis Rusia mencapai sekitar $7 miliar.
Gubernur Irkutsk, Igor Kobzev, mengonfirmasi bahwa drone yang menyerang pangkalan militer Belaya di Sredniy, Siberia, diluncurkan dari sebuah truk. Media Rusia juga melaporkan bahwa serangan lain dilancarkan dengan cara serupa.
Rusia mengonfirmasi serangan Ukraina di lima wilayahnya dan menyebutnya sebagai tindakan teroris. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa semua serangan berhasil ditangkis terhadap pangkalan udara militer di wilayah Ivanovo, Ryazan, dan Amur.
Namun, klaim Ukraina mengenai kerusakan yang ditimbulkan belum diverifikasi secara independen. SBU berjanji akan segera mengungkap rincian lebih lanjut mengenai operasi tersebut.
Zelensky mengungkapkan detail menarik mengenai lokasi operasi: Hal yang paling menarik - dan kami sudah dapat mengatakannya secara terbuka - adalah bahwa 'kantor' operasi kami di wilayah Rusia terletak tepat di sebelah FSB Rusia di salah satu wilayah mereka.
Sumber SBU menggambarkan operasi ini sebagai sangat rumit secara logistik. Mereka menjelaskan, SBU pertama kali menyelundupkan pesawat nirawak FPV ke Rusia, yang diikuti kemudian oleh kabin kayu bergerak. Begitu sampai di wilayah Rusia, pesawat nirawak itu disembunyikan di bawah atap kabin ini, yang telah ditempatkan di kendaraan kargo.
Sementara itu, otoritas Ukraina melaporkan serangan drone dan rudal besar-besaran pada malam hari di wilayah mereka. Serangan ini terjadi saat negosiator Rusia dan Ukraina menuju Istanbul, Turki, untuk putaran kedua perundingan damai. (Kabarlink/Ain)