Rahasia di Balik Sensasi Terbakar Saat Makan Pedas
KABARLINK.com - Sensasi terbakar saat menyantap makanan pedas, sebuah pengalaman yang unik dan bagi sebagian orang, sangat adiktif. Namun, tahukah Anda apa sebenarnya yang terjadi di balik rasa panas yang menggelora di lidah?
Rasa pedas bukanlah rasa yang sebenarnya, melainkan sebuah ilusi yang diciptakan oleh senyawa kimia bernama capsaicin. Senyawa ini banyak ditemukan pada cabai dan bekerja dengan cara mengaktifkan reseptor nyeri bernama TRPV1 (Transient Receptor Potential Vanilloid 1) yang terletak di lidah dan mulut.
Reseptor TRPV1 ini biasanya merespon panas. Ketika capsaicin mengikat reseptor ini, otak menerima sinyal seolah-olah mulut sedang terbakar, padahal sebenarnya tidak ada kerusakan jaringan yang terjadi. Inilah mengapa kita merasakan sensasi panas yang intens.
Menariknya, tubuh memiliki cara untuk mengatasi sensasi terbakar ini. Otak melepaskan endorfin, yaitu hormon pereda nyeri alami yang juga memberikan efek euforia. Inilah yang menjelaskan mengapa banyak orang merasa ketagihan dengan makanan pedas. Sensasi terbakar diikuti oleh perasaan senang dan nyaman.
Selain endorfin, berkeringat juga merupakan respons tubuh terhadap rasa pedas. Keringat membantu mendinginkan tubuh dan mengurangi sensasi panas. Minum air dingin mungkin tidak terlalu membantu karena capsaicin tidak larut dalam air. Sebaliknya, susu atau produk olahan susu lainnya lebih efektif karena capsaicin larut dalam lemak.
Tingkat kepedasan cabai diukur dengan skala Scoville. Semakin tinggi angka Scoville, semakin pedas cabai tersebut. Cabai terpedas di dunia saat ini adalah Carolina Reaper, dengan tingkat kepedasan mencapai lebih dari 2 juta unit Scoville.
Jadi, lain kali Anda menikmati hidangan pedas, ingatlah bahwa sensasi terbakar yang Anda rasakan adalah hasil dari interaksi kimia yang kompleks antara capsaicin dan reseptor nyeri di lidah Anda. Sebuah ilusi yang menyenangkan dan membuat ketagihan!