PSIS: Belajar dari Gaji, Politik, Degradasi!

Unveiling the Crisis of Plastic Pollution: Analyzing Its Profound Impact on the Environment

JAKARTA, KABARLINK.com - Musim 2024/2025 menjadi mimpi buruk bagi PSIS Semarang. Klub kebanggaan Kota Lumpia ini terhuyung-huyung di ambang degradasi, terjerat serangkaian masalah pelik yang berujung pada performa jeblok di lapangan hijau.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan keterpurukan PSIS adalah masalah finansial. Penunggakan gaji pemain menjadi isu krusial. Evandro Brandao, salah satu pemain asing PSIS, bahkan mengungkapkan bahwa gajinya tertunggak selama empat bulan. Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tetapi keputusan yang tidak dapat dihindari karena keterlambatan pembayaran gaji yang signifikan, yang kini telah melampaui empat bulan, tulisnya di Instagram.

Masalah gaji ini berdampak besar pada performa tim. Pemain kehilangan fokus dan konsentrasi di lapangan. Beberapa pemain asing bahkan memutuskan untuk mengakhiri kontrak dan hengkang dari PSIS.

Selain masalah finansial, hubungan yang buruk antara manajemen klub dan suporter juga menjadi penyebab keterpurukan PSIS. Dua kelompok suporter terbesar PSIS, Panser Biru dan Snex, memutuskan untuk melakukan boikot sebagai bentuk protes terhadap manajemen klub. Boikot ini berdampak signifikan pada jumlah penonton yang hadir di stadion, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan klub.

Prahara antara suporter dan manajemen ini dipicu oleh keputusan mantan CEO PT Mahesa Jenar Semarang, Yoyok Sukawi, untuk mencalonkan diri sebagai Calon Wali Kota Semarang 2024-2029. Panser Biru sempat menyatakan sikap untuk tidak mendukung Yoyok Sukawi apabila PSIS Semarang gagal menembus empat besar di BRI Liga 1 2023/2024. Aspek politis ini memperuncing konflik antara suporter dan manajemen PSIS.

Kekalahan demi kekalahan terus menghantui PSIS. Kekalahan terbaru saat menghadapi PSS Sleman semakin mendekatkan mereka ke jurang degradasi. Musim ini menjadi pelajaran pahit bagi PSIS Semarang. Persoalan gaji, rusaknya hubungan dengan suporter, dan terjangkitnya politik praktis menjadi malapetaka yang harus dievaluasi agar tidak terulang di masa depan.

Menjaga hubungan baik dengan suporter dan kelompok suporter menjadi pekerjaan rumah yang harus diperhatikan oleh klub. Kepercayaan suporter adalah aset berharga yang tidak boleh diabaikan. Jika kepercayaan itu hilang, dampaknya bisa sangat besar bagi klub. (Kabarlink/Ain)

Type above and press Enter to search.