Depok: Didik Anak Nakal Ala Militer?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5206425/original/058260400_1746166106-20250502_093553.jpg)
JAKARTA, KABARLINK.com - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, memulai inisiatif baru dalam pembentukan karakter pelajar. Program pendidikan semimiliter ini ditujukan bagi siswa yang bermasalah, dilaksanakan di Markas TNI Resimen Armed 1/Sthira Yudha/1 Kostrad.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, menyatakan kesiapan Pemkab dalam menjalankan kebijakan ini, yang merupakan bagian dari implementasi kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Pendidikan semimiliter ini diharapkan dapat mengubah perilaku negatif siswa menjadi positif.
Depok Menjajaki Program Serupa
Wali Kota Depok, Supian Suri, mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Depok sedang mempertimbangkan aspek anggaran untuk program serupa. Mereka berencana mempelajari model yang diterapkan di Purwakarta, dengan harapan dapat diimplementasikan di Kota Depok.
Supian menjelaskan bahwa terdapat dua opsi yang dipertimbangkan: bergabung dengan program yang sudah ada di Purwakarta atau membangun fasilitas pembinaan sendiri. Jika bergabung, Depok akan mengkaji bentuk kontribusi yang diperlukan.
Durasi dan Harapan Program
Pendidikan semimiliter di Purwakarta akan berlangsung antara enam bulan hingga satu tahun. Saepul berharap program ini dapat menanamkan nilai-nilai positif pada siswa, seperti menghormati orang tua dan menghindari perilaku negatif.
Supian berharap jumlah siswa di Depok yang memerlukan pendidikan militer tidak terlalu banyak, sehingga opsi pengiriman ke Purwakarta menjadi lebih efisien. Program ini diharapkan menjadi solusi efektif dalam menangani kenakalan remaja.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengubah kebiasaan buruk siswa menjadi perilaku yang lebih baik, serta menanamkan nilai-nilai disiplin dan tanggung jawab.
Tabel: Perbandingan Opsi Penanganan Anak Nakal di Depok
Opsi | Keuntungan | Kerugian |
---|---|---|
Bergabung dengan Purwakarta | Biaya lebih rendah, infrastruktur sudah tersedia | Ketergantungan pada program lain, potensi perbedaan kurikulum |
Membangun Fasilitas Sendiri | Kurikulum sesuai kebutuhan, kontrol penuh | Biaya tinggi, waktu pembangunan |