AS Unjuk Gigi: Konflik Iran-Israel Memanas?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5260128/original/030803800_1750523233-WhatsApp_Image_2025-06-21_at_15.29.51.jpeg)
Pandangan Akademisi Tentang Isu Global - Ahmad Khoirul Umam, Direktur Program Pascasarjana Studi Hubungan Internasional di Paramadina Graduate School of Diplomacy, Universitas Paramadina. Foto: Net.
JAKARTA, KABARLINK.COM - Pada Sabtu, 21 Juni 2025, ketegangan antara Iran dan Israel memasuki babak baru setelah Amerika Serikat mengerahkan pesawat kargo militer C-5M Super Galaxy ke Arab Saudi, hanya beberapa ratus kilometer dari perbatasan Iran. Langkah ini memicu kekhawatiran akan intervensi militer AS yang lebih terbuka dalam konflik yang terus memanas.
Ahmad Khoirul Umam, Direktur Pascasarjana Studi Hubungan Internasional Paramadina Graduate School of Diplomacy, Universitas Paramadina, menilai bahwa pengerahan militer ini merupakan eskalasi strategis yang berbahaya. Langkah ini sangat mungkin memicu respons balasan yang lebih luas dari Iran maupun sekutunya, ujarnya.
Umam menyoroti ironi dalam dunia Islam terkait konflik ini. Di saat rakyat Gaza mendoakan perjuangan Iran, beberapa negara di kawasan yang sebelumnya memilih menormalisasi hubungan diplomatik mereka dengan Israel, kini justru menoleransi bahkan memfasilitasi serangan Israel terhadap Iran melalui pembiaran wilayah udaranya sebagai ruang untuk menggempur Iran, ungkapnya.
Menurutnya, fenomena ini mencerminkan pergeseran orientasi politik dunia Islam yang lebih dikendalikan oleh pertimbangan geopolitik daripada solidaritas keumatan. Fenomena ini bukan hanya menyedihkan, tapi juga menjadi cermin dari pergeseran orientasi politik dunia Islam, yang kini lebih banyak dikendalikan oleh pertimbangan geopolitik ketimbang solidaritas keumatan, imbuh Umam.
Umam menekankan pentingnya de-eskalasi dan pembukaan jalur diplomatik multilateral yang adil dan setara. Dunia internasional, khususnya Amerika Serikat, harus mendorong de-eskalasi dan membuka jalur diplomatik multilateral yang adil dan setara, tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kehadiran militer AS dalam skala besar di kawasan konflik tanpa mandat internasional dapat memicu kemarahan dan benturan ego para pemimpin global. Kehadiran militer AS dalam skala sebesar ini di kawasan konflik, tanpa mandat internasional, dapat memicu kemarahan dan benturan ego para pemimpin global, jelasnya.
Umam juga menyoroti potensi strategic miscalculation akibat benturan ego pemimpin yang tak terkendali. Benturan ego pemimpin yang tak terkendali, bisa berujung pada hadirnya kesalahan kalkulasi (strategic miscalculation). Jika itu terjadi, bisa melahirkan konflik terbuka, bahkan menyulut penggunaan senjata pemusnah massal jika ruang diplomasi ditutup rapat dan situasi tak terkendali, paparnya.
Umam berharap Amerika Serikat dapat menggunakan kekuatan dan jaringan diplomatiknya untuk memimpin dunia menuju perdamaian. Dalam dunia yang kian terpolarisasi, kemenangan sejati bukan pada dominasi militer, tetapi pada keberanian untuk berdialog dan keikhlasan untuk membangun kepercayaan di atas reruntuhan ketakutan dan kebencian lama, tandas Umam.
Umam memperingatkan bahwa jika konflik Iran-Israel tidak segera dikendalikan, dapat menjelma menjadi tragedi terbesar abad ini. Bila perang Iran-Israel ini tidak segera dikendalikan, dapat menjelma menjadi salah satu tragedi terbesar abad ini, bukan hanya bagi Iran dan Israel, tetapi bagi seluruh umat manusia, pungkasnya. (Kabarlink/Ain)